Di era serba digital ini, banyak perusahaan yang mengandalkan teknologi cloud untuk menjalankan aplikasinya. Salah satu konsep yang semakin populer adalah cloud bursting. Buat yang belum akrab, istilah ini terdengar cukup futuristik, padahal fungsinya sederhana tapi sangat berguna untuk manajemen beban kerja aplikasi.
Konsep cloud bursting memungkinkan perusahaan menggunakan sumber daya cloud publik hanya ketika dibutuhkan. Artinya, bisnis bisa menghemat biaya sambil tetap menjaga performa aplikasi di saat beban kerja meningkat.
Apa Itu Cloud Bursting
Secara sederhana, cloud bursting adalah strategi komputasi cloud yang menggabungkan cloud privat dan cloud publik untuk mengatasi lonjakan beban kerja. Saat kapasitas cloud privat penuh, sistem secara otomatis “meledak” atau memindahkan sebagian beban kerja ke cloud publik.
Dengan cara ini, aplikasi bisa tetap berjalan lancar tanpa perlu menambah server secara permanen. Perusahaan cukup membayar sumber daya tambahan saat benar-benar dibutuhkan.
Baca Juga: Podcast Deddy Corbuzier Terpopuler
Cara Kerja Cloud Bursting
Mekanisme cloud bursting cukup menarik. Biasanya, aplikasi dijalankan di cloud privat untuk alasan keamanan dan kontrol. Namun, ketika terjadi lonjakan traffic atau pemrosesan data yang besar, workload tambahan akan dipindahkan ke cloud publik.
Proses ini bisa otomatis menggunakan software manajemen cloud yang mendeteksi kapasitas server. Begitu beban mencapai ambang batas tertentu, cloud bursting aktif, memanfaatkan server publik untuk menampung beban sementara.
Setelah traffic kembali normal, workload bisa ditarik kembali ke cloud privat.
Baca Juga: Profil Deddy Corbuzier 2025
Kelebihan Menggunakan Cloud Bursting
Banyak alasan kenapa perusahaan mulai mengadopsi cloud bursting. Beberapa di antaranya:
-
Efisiensi biaya karena sumber daya tambahan hanya digunakan saat diperlukan.
-
Fleksibilitas tinggi untuk menangani lonjakan beban kerja secara tiba-tiba.
-
Performa terjaga karena aplikasi tidak akan melambat saat traffic naik.
-
Mengurangi risiko downtime pada saat terjadi lonjakan pengguna yang tidak terduga.
Dengan semua kelebihan ini, cloud bursting menjadi strategi favorit bagi bisnis yang mengalami beban kerja musiman, seperti e-commerce saat flash sale atau streaming layanan hiburan saat event besar.
Baca Juga: Deddy Corbuzier: Karier dan Kontroversi
Contoh Penggunaan Cloud Bursting
Biar lebih gampang dipahami, bayangkan sebuah situs e-commerce. Biasanya traffic harian stabil, tapi saat ada promo besar seperti Harbolnas, jumlah pengunjung bisa naik berkali lipat.
Jika hanya mengandalkan server privat, kemungkinan besar situs akan melambat bahkan down. Tapi dengan cloud bursting, sistem bisa otomatis memindahkan sebagian beban ke cloud publik. Begitu event selesai dan traffic kembali normal, beban bisa ditarik lagi ke server privat tanpa biaya tambahan jangka panjang.
Selain e-commerce, cloud bursting juga populer di:
-
Industri finansial untuk pemrosesan data mendadak.
-
Layanan streaming saat rilis konten populer.
-
Perusahaan game saat ada peluncuran server baru atau event online besar.
Baca Juga: Perjalanan Karier Deddy Corbuzier
Tantangan Menggunakan Cloud Bursting
Walau terlihat ideal, cloud bursting punya beberapa tantangan yang harus diantisipasi. Salah satunya adalah integrasi antara cloud privat dan cloud publik. Perusahaan harus memastikan kedua lingkungan bisa bekerja sama tanpa gangguan.
Selain itu, keamanan data menjadi perhatian utama. Saat workload dipindahkan ke cloud publik, perlindungan data harus dipastikan agar tidak ada risiko kebocoran informasi sensitif.
Biaya juga perlu diperhitungkan. Meskipun hemat karena bayar sesuai pemakaian, penggunaan yang terlalu sering bisa menambah pengeluaran jika tidak dikontrol dengan baik.
Teknologi yang Mendukung Cloud Bursting
Supaya cloud bursting berjalan mulus, dibutuhkan teknologi yang bisa memonitor kapasitas server dan mengatur perpindahan workload. Beberapa teknologi yang sering digunakan antara lain:
-
Load balancer untuk mendistribusikan beban kerja secara otomatis.
-
Cloud orchestration tools seperti Kubernetes untuk mengelola container di berbagai lingkungan cloud.
-
Monitoring tools untuk mendeteksi lonjakan traffic secara real time.
Tanpa sistem otomatis ini, cloud bursting bisa sulit diimplementasikan karena proses manual akan memakan waktu dan meningkatkan risiko error.
Perbedaan Cloud Bursting dan Hybrid Cloud
Banyak yang menyamakan cloud bursting dengan hybrid cloud, padahal konsepnya berbeda. Hybrid cloud menggabungkan cloud privat dan cloud publik untuk digunakan secara bersamaan. Sedangkan cloud bursting hanya memanfaatkan cloud publik saat ada lonjakan beban kerja.
Dengan kata lain, semua cloud bursting adalah hybrid cloud, tapi tidak semua hybrid cloud menerapkan cloud bursting.
Masa Depan Cloud Bursting
Seiring meningkatnya kebutuhan bisnis untuk fleksibilitas dan efisiensi, cloud bursting diprediksi akan makin populer. Dengan semakin banyak perusahaan yang bergerak ke arsitektur multi-cloud, teknik ini akan menjadi bagian penting dari strategi pengelolaan infrastruktur digital.
Teknologi AI dan machine learning juga mulai diterapkan untuk memprediksi lonjakan beban kerja, sehingga cloud bursting bisa diaktifkan secara proaktif, bukan hanya reaktif.
Perusahaan yang mampu memanfaatkan strategi ini dengan tepat akan mendapatkan keuntungan kompetitif, terutama dalam hal performa layanan dan efisiensi biaya